Kutu pada burung bisa menyebabkan burung kerja tidak maksimal (karena selalu pengen garuk-garuk) selain itu juga bisa menyebabkan bulu burung rusak.
Sebenarnya
banyak tips yang sudah ditulis oleh penghobi burung di berbagai media.
Di sini saya hanya akan menggaris bawahi dan menekankan perlunya
pencegahan, yang agaknya kurang diperhatikan.
Di antara
penghobi burung ada yang menyarankan digunakan zat non-kimia, ada yang
menyarankan pakai obat (kimia) merek tertentu untuk pengobatan. Masalah
pengobatan memang perlu dibahas, tetapi pertama-tama yang ingin saya
sampaikan adalah bagaimana mencegah agar burung tidak kutuan, disambung
dengan masalah pengobatan.
A. Pencegahan:
1. Pastikan bahwa semua burung yang Anda miliki bebas kutu. Kalau
membeli burung baru, pastikan semprot dengan larutan anti-kutu sebelum
dicampur/dekatkan dengan burung lain. Terlebih lagi, jangan langsung
dimasukkan ke karamba umum (karamba yang dipakai bareng bergantian
dengan burung lainnya di rumah Anda). Kalau memang kutuan, air bekas
mandi burung tersebut pasti meninggalkan telor/kutu yang bisa menular ke
burung lain yang juga dimandikan di karamba tersebut belakangan.
Kalau
memang tidak ada atau hanya tersedia satu, maka bersihkan sebersih
mungkin dan semprot karamba yang habis digunakan oleh burung
teman/burung baru itu dengan obat anti kutu. Kalau
perlu sediakan karamba khusus burung baru dan yang bisa dipinjam teman
ketika teman tersebut main ke rumah Anda untuk sekadar ngetrek bareng.
2. Sama dengan masalah karamba, juga masalah kerodong. Jangan saling
tukar kerodong dengan kerodong “burung asing”. Kalau dapat kerodong dari
teman, pastikan juga dicuci bersih dan diobat anti kutu.
3. Jangan minta voer/kroto/buah dll langsung dari wadah pakan burung milik teman/orang lain.
Singkat kata, hindari semua benda yang potensial membawa kutu dan telornya dari luar ke burung Anda.
Seringkali kita membawa burung dan kebetulan voer-nya tumpah, dan
biasanya kita minta barang sedikit ke teman dan langsung diambil-bagi
dari wadah pakan burung teman kita. Ini juga potensial menjadi media
penularan kutu (telor kutu), apalagi kalau wadah voer milik teman jarang
dicuci/dibersihkan dan hanya main “tiup dan ganti voer”.
4. Rutin cuci kandang, tiap hari sekali atau sepekan sekali ketika
burung Anda dimandikan di karamba. Untuk burung yang non-karamba,
ya usahakan sedemikian rupa sehingga selalu bersih dan bebas kutu. Cuci
dengan sabun antiseptik atau juga semprot berkala dengan antikutu.
5. Jemur. Penjemuran, selain bermanfaat untuk burung, juga bisa
meminimalisasi pengembangbiakkan jamur dan kutu di luar tubuh burung.
6. Hindari kondisi lembab untuk lingkungan burung. Dalam hal sangkar
misalnya, kalau dalam kondisi basah jangan langsung dimasukkan ke rumah.
Keringkan, dan kalau perlu Anda punya hairdryer khusus sangkar/
peralatan untuk burung. Hairdryer akan sangat bermafaat kalau kita tidak
sempat menunggu keringnya sangkar secara alamiah (sinar matahari)
padahal pada saat yang sama sangkar (dan burungnya) harus segera masuk
rumah.
7. Lakukan penyemprotan rutin dengan obat kutu atau antiseptik ke
benda-benda yang berhubungan dengan burung dan juga lantai jemurnya
(kalau sering meletakkan burung di lantai) dsb.
B. Pengobatan:
1. Sebelum melakukan pengobatan, pastikan burung dalam
kondisi sehat secara umum. Jangan melakukan pengobatan anti-kutu ketika
burung sakit pilek dsb karena pada saat itu daya tahan burung sedang
lemah. Dalam kondisi ini, kalau burung diterpa obat anti kutu dia akan
mudah ngedrop karena obat tersebut minimal mengandung insektisida jenis
tertentu yang bisa “memabukkan” burung.
2. Memilih obat.
Obat kutu ada dua. Kimiawi dan non-kimiawi.
a. Kimiawi adalah obat-obatan yang dijual secara umum dengan nama/merek
yang berbeda-beda. Bentuknya juga macam-macam. Ada yang cair, serbuk
juga pasta.
b. Obat yang non-kimiawi ada bermacam-macam, antara lain air rebusan
daun sirih, air bekas cucian beras, air rebusan buah jambe (jarang dan
sulit ditemukan) dll.
3. Penggunaan
a. Untuk penggunaan obat kimiawi, baca aturan pakai yang tertera dalam
kemasan dan ikuti secara disiplin. Jangan bereksperimen untuk menambah
atau mengurangi dosis yang ditentukan kecuali Anda sudah memiliki
pengalaman sebelumnya atau pernah mendapat informasi dari sumber/teman
yang bisa dipercaya dan pernah mengaplikasikannya.
Perhatian: Untuk obat kimiawi, gunakan sebagaimana
peruntukannya. Jangan gunakan obat kutu untuk anjing misalnya pada
burung. Antikutu untuk hewan besar sangat beda konsentrasi zat
beracunnya dibanding untuk burung. Kalaupun Anda akan mengurangi
dosisnya dengan cara kira-kira, maka akan berisiko tetap kebanyakan
(bisa menyebabkan burung kelenger…) atau kurang (bisa menyebabkan
pengobatan tidak efektif dan juga membuat kutu resisten/kebal sehingga
semakin sulit dibasmi).
b. Untuk pengobatan secara non-kimiawi:
i. Air daun sirih: rebus 7-10 helai daun sirih dengan air sebanyak 1
liter (4 gelas ukuran normal). Setelah direbus sampai air berwarna hijau
gelap (1 liter) diangkat dan didinginkan Air itu bisa disemprotkan ke
burung secara merata dan usahakan benar-benar bisa masuk sampai ke bulub
terdalam. Paling aman, burung dipegang dan dimandikan secara langsung
di tangan sehingga air sirih merata membasahi bulu tanpa banyak mengenai
mata burung (kalaupun kena juga nggak apa-apa asal tidak keterpa
terus-menerus). Setelah dimandikan air sirih, jangan dibilas dulu sampai
sekitar 1-2 jam (agar kutu dan telornya benar-benar “tahu rasa deh”
hehehe).
ii. Untuk air bekas cucian beras, gunakan sama dengan cara untuk air
rebusan daun sirih. Sebenarnya, air cucian beras tidak bersifat racun
tetapi bisa menembus lapisan lilin pada bulu burung. Artinya, dia hanya
bersifat “merontokkan” /melepaskan “pegangan” telor dan kutu pada bulu
burung. Dengan demikian, penggunaan air cucian beras harus dibarengi
dengan upaya melepaskan kutu secara manual dari bulu (dengan cara
ditekan dan seret bulu burung). Artinya, penggunaan air cucian beras
bisa dikombinasikan dengan penggunaan air sirih sehingga pembasmian kutu
benar-benar efektif.
C. Pembasmian parasit burung secara menyeluruh
Sebenarnya yang disebut “kutu” adalah mengacu pada
berbagai artropoda berukuran kecil hingga sangat kecil (wikipedia.com).
Nama ini dipakai untuk sejumlah krustasea air kecil (seperti kutu air),
serangga (seperti kutu kepala dan kutu daun), serta — secara salah
kaprah — berbagai anggota Acarina (tungau dan caplak, yang berkerabat
lebih dekat dengan laba-laba daripada serangga). Semua disebut “kutu”
karena ukurannya yang kecil. Dengan demikian, pengertian awam istilah
ini tidak memiliki arti taksonomi.
Dalam arti lebih sempit, kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil, yang dalam bahasa Inggris mencakup flea (kutu yang melompat, ordo Siphonaptera) danlouse (kutu
yang lebih suka merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera yangn semuanya
adalah parasit). Dalam bahasa Indonesia keduanya tidak dibedakan, malah
mencakup juga sebagian dari kerabat wereng (ordo Hemiptera) dan beberapa
anggota ordo Coleoptera. Untuk menjelaskan, diberi keterangan di
belakang kata “kutu”. Para biologiwan berusaha mendayagunakan
kata tuma bagi kelompok Phtiraptera, walaupun menyadari terdapat
kesulitan dalam penerapannya.
Berkaitan dengan aneka jenis serangga yang sebenarnya juga menjadi
pengganggu burung, seperti caplak dan gurem (kremi) sebagai bentuk
serangga yang lebih suka merayap dan bersifat parasit, sebaiknya kita
memilih antikutu yang bisa mengatasi berbagai gangguan tersebut.
Saat ini telah diproduksi anti-kutu yang aman untuk burung tetapi manjur
untuk membasmi bergagai jenis kutu, termasuk juga semut, parasit lain
serta jamur (fungi) dan juga bisa digunakan sebagai antiseptik. Antikutu
tersebut adalah FreshAves. Sesuai namanya, FreshAves ditujukan
untuk membuat burung fresh atau segar karena terbebas dari semua jenis
serangga pengganggu seperti kutu burung, caplak, tungau, gurem, semut
dan parasit pengganggu lainnya.
FreshAves mengandung permethrine dan piperonyl butoxide.
Permethrine dikenal sebagai pestisida yang aman yang sudah diujikan
untuk penyemprotan nyamuk demam berdarah di berbagai wilayah di
Indonesia. Berdasar ujicoba tersebut, permethrine terbukti mempunyai
aktivitas insektisidal yang sangat tinggi baik untuk lalat, nyamuk, kutu
dan insekta pengganggu yang lain, baik terhadap kecepatan kerja maupun
efek residualnya. Dan yang lebih penting lagi, aman untuk hewan
peliharaan dan manusia.
Sedangkan piperonyl butoxide merupakan sinergis dari permethrine, yakni
berfungsi meningkatkan daya racun. Perlu diketahui, (zat) sinergis dalam
insektisida bisa jadi tidak beracun tetapi bisa meningkatkan daya bunuh
terhadap obyek. Contoh sinergis ini, selain piperonyl butoxide adalah sesamin (minyak yang berasal dari biji wijen).
Dengan kandungan seperti
itu, FreshAvesl sangat tepat untuk digunakan sebagai pembasmi kutu dan
segala parasit pengganggu burung Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar